malam menyimpan airmata, dan mengembunkannya di pelupuk mata, matamu. serupa sajak, yang menerima kesah, tanpa menggerutu. malam telah menegaskan kelamnya, kita menggambarnya dengan cahaya, lampu lampu berkedipan, berpendar di kejauhan peluk aku, sebelum waktu berlalu beku, sebelum padam segala damba. peluk aku! kita menuai ingatan ingatan, yang berlepasan, semacam rasa bahagia yang diputar kembali, dalam benak yang menyimpan senyuman ada suara bergema dari masa lalu, denting piano, getar senar gitar, sajak-sajak yang menyimpan pedih, sejarah airmata ada yang mengulang ulang kabar, mengeja airmata, karena cuma itu yang tersisa, mengingat jejak yang kian pudar apa yang terlukis, mungkin gelisah waktu, detak jam dalam jantungmu, menyerunyeru kita mengeja isyarat tanda, jejak pada sajak, mimpi di dalam puisi, wajahmu wajahku pulalah tercermin di sana pada gigil udara kita mengeja isyarat se...