Langsung ke konten utama

Kita adalah jiwa yang saling menyempurnakan

Kita adalah jiwa yang saling menyempurnakan. Aku separuh jiwamu. Kau separuh jiwaku. Kita adalah jiwa yang utuh. Setubuh


Kita belajar untuk tabah, pada mata kanak yang menatap kita penuh harap: cinta yang tulus, setulus mata itu, bercahaya

Kita lewati peristiwa demi peristiwa, peta nasib yang digambari langkah kaki: cinta yang tabah dan sabar

Kita sandarkan angan dan ingin tidak pada angin, dengan jejemari kita susun bata demi bata kebahagiaan, di rumah cinta 

Kita berdekapan, cintaku dan cintamu menyatu di dalam cinta-Nya yang satu 

Malang, 27 Agustus 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGU JOGJA

Berdirilah di sini, dekat Tugu Kau ada di pusat, antara Parangtritis, Keraton dan Merapi   "Mungkin kau ingin menikmati gudeg, malam-malam di seberang jalan?" Ujar pemandu wisata.   Ingatan membentang antara Panggung Krapyak dan Monumen Jogja Kembali   "Aku ingin ke Borobudur dan Prambanan," ujar wisatawan yang bertanya ke mana arah, mungkin lupa membuka peta di google map, atau hanya sekedar ingin menyapa.   Di Tugu Jogja, dia menulis tentang masa lalu, mungkin gempa, mungkin juga tentang riwayat sebuah kuasa.   Selembar sajak mengabadikannya.   Malang, 2021

Dari Kotagede hingga Tegalrejo

"aku ingin berjalan, menelusur jejak para leluhur," kata wisatawan sambil menunjuk peta kota Jogja.   lalu dia bercerita tentang trah riwayat, jalan-jalan yang dilalui, dari Kotagede hingga Tegal Rejo   sejarah mengalir serupa alir sungai Gajah Wong, Code, Progo, Boyong dan Gendol, tanpa tulisan waspada di musim hujan tiba   "berapa ongkos ke Tegalrejo dari sini?" kepada pengayuh becak yang tergagap melihat peta yang disorongkan ke hadapannya   dari Kotagede hingga Tegalrejo, imaji mengelilingi kota: Jogjakarta.   Malang, 2021  

Sajak-sajak yang hendak dibaca lagi

Mari kita baca lagi sajak-sajak ini, dari penyaircyber Nanang Suryadi. Mari kita baca lagi: AKU MENYAPAMU DI LINTASAN WAKTU Aku Adalah Airmata Aku Menunggumu Membakar Malam CINTA YANG TAK PERNAH PUTUS ASA Dentang Kenang, Tatap yang Ratap MENERA WARNA DARAH Menyapa Jakarta Senja SERUPA DAUN DI DAHAN YANG LETIH Surabaya Hujan Hingga Larut Malam Surabaya, Di Atas Loteng Tiang Tanpa Bendera UNTUK PARA PENGGALAU DI LINTASAN WAKTU YANG SENDIRI, DAN SELALU MERINDU, MUNGKIN DIRIMU aku mengetuk-ngetuk kepalaku sendiri: tuk.tuk.tuk. ada orang di situ? puisi selalu cemburu pada hidup yang nyaman