Langsung ke konten utama

HURUF-HURUF MENGGELETAR

langit yang lengang, udara panas, tapi aku menggigil dalam sajakku sendiri. huruf-huruf meminta dituliskan dalam darah. dalam derita airmata

huruf-huruf menggeletar menggelepar memburu jawabku: "cintamu palsu, nafsu birahi melulu! apakah kau dengar jerit pilu di lapangan eksekusi?

"masihkah engkau ingin menulis sajak cinta, saat keadilan teraniaya?" demikian sebuah suara. dan aku tergagap gila. 

ya, kita terlalu banyak berbicara, memperdebatkan yang hanya bisa dirasakan, di dalam dada kita sendiri. 

ada apa di luar sana, masihkah cinta diperdebatkan, udara tropis yang panas tapi aku gigil mengeja cinta yang berteka-teki 

aku bayangkan ada serpihan-serpihan salju meluncur dari langit yang lengang, langit abu-abu, di saat gigil memandang jendela 

Malang, 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGU JOGJA

Berdirilah di sini, dekat Tugu Kau ada di pusat, antara Parangtritis, Keraton dan Merapi   "Mungkin kau ingin menikmati gudeg, malam-malam di seberang jalan?" Ujar pemandu wisata.   Ingatan membentang antara Panggung Krapyak dan Monumen Jogja Kembali   "Aku ingin ke Borobudur dan Prambanan," ujar wisatawan yang bertanya ke mana arah, mungkin lupa membuka peta di google map, atau hanya sekedar ingin menyapa.   Di Tugu Jogja, dia menulis tentang masa lalu, mungkin gempa, mungkin juga tentang riwayat sebuah kuasa.   Selembar sajak mengabadikannya.   Malang, 2021

Ruang Puisi Ruang Hati Ruang Sunyi: Kumpulan Puisi Terbaik Nanang Suryadi 2011 - 2012

Ruang Puisi Ruang Hati Ruang Sunyi: Kumpulan Puisi Terbaik Nanang Suryadi 2011 - 2012 Antologi Puisi Apa yang Kau Pikirkan, Katamu Blog Sastra Indonesia Bulan Menari antara Ada dan Tiada Candu Kata-Kata Ijinkan Ayah Menangis Saat Ini Kita Berdua Saja Saling Membaca Tanda Kumpulan Puisi Terbaru 2013 Lalu Engkau Menyusun Kata Khianat Menelusur Malam, Menembus Temaram Nasi Goreng Rambut Memutih Rumah-Rumah di Atas Gunung Serabi Jalan Margonda Sketsa Suasana Tentang Mimpi Penyair yang Tak Segera Ingin Tidur UGD Tengah Malam Untuk Arya Mada Hastasurya ada yang kuingat dari segelas kopi apa yang harus aku kabarkan padamu? di Reruntuhan Keraton setiap pagi, arya lihat burung burung bernyanyi

Dari Kotagede hingga Tegalrejo

"aku ingin berjalan, menelusur jejak para leluhur," kata wisatawan sambil menunjuk peta kota Jogja.   lalu dia bercerita tentang trah riwayat, jalan-jalan yang dilalui, dari Kotagede hingga Tegal Rejo   sejarah mengalir serupa alir sungai Gajah Wong, Code, Progo, Boyong dan Gendol, tanpa tulisan waspada di musim hujan tiba   "berapa ongkos ke Tegalrejo dari sini?" kepada pengayuh becak yang tergagap melihat peta yang disorongkan ke hadapannya   dari Kotagede hingga Tegalrejo, imaji mengelilingi kota: Jogjakarta.   Malang, 2021