tiba-tiba aku teringat malna. apa kabar malna? aku menggali kedalaman airmata dan menemukan orang-orang menangis: dimana diri sendiri?
hidup berputar dari huruf ke huruf, sesempit ruang tamu, ruang tidur dan kamar mandi. apakah kamu sudah mandi? memadamkan kepala dan bantal yang berasap
aku telah bertemu acep syahril, dia bilang malna ingin menulis di luar puisi. jangan menangis, seperti puisi yang tak bersedih. memang udara memar
bermainlah dengan jilan. batu-batu akan pindah ke halaman. sapi-sapi tak akan lagi melenguh mengeluhkan paru-paru penuh batu
nomer telponmu hilang. hapeku rusak terbanting. aku tak bisa kirim sms ucapkan selamat lebaran. bulan ditebak di langit hitam
apa yang kau lihat di malam lebaran malna? apakah seperti sitor melihat bulan di atas kuburan. serupa tanda. puisi yang meremang. isyarat
ah bulan, bulan yang samakah tertusuk ilalang? mungkin kau ingat garin dan zawawi. atau sapardi?
di restoran itu, aku lihat kau kenakan kalung pemberian teman. bukan ole-ole buat si pacar. ah, chairil dia menyimpan bulan memancar
apa kabar malna? aku menulis puisi dari ingatan sejarah yang melepuh. migrasi bahasa 140 karakter. ada tardji yang kerap kusapa di sini
apa kabar?
Malang, 8-9-2011
Komentar
Posting Komentar